Lara Melanda Peradaban
Haru biru deru debu susul menyusul silih berganti dalam lakon monoton 1001 episode kemunduran remaja muslim saat ini. Setelah runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani pada 3 Maret 1924 , lara memang tengah melanda peradaban. Umat Islam telah digiring menjadi figuran pesakitan. Dan remaja muslimpun telah ambil bagian sebagai korban terbesarnya. Agar umat tetap setia dengan peran pesakitannya dan remaja muslim tak lagi jadi harapan umat, maka melalui social engineering super canggih berbagai produk haram peradaban barat yang sekuler (fashluddin ‘anil hayat) pun dicekokkan. Agar tak dibilang kuper atau kurang gaul, remaja pun akhirnya bertelikung putaw, bertabur piktor (pikiran kotor), bergelimang pergaulan bebas yang lalu dipangkasi dengan aborsi. Juga tak lupa tawuran masal. Hufh…..
Kemana Remaja Berpijak?
Remaja dalam gejolak pencarian jatidirinya tentu tidak dapat lepas dari kenyataan hidup di sekelilingnya. Dengan segenap potensi yang dimilikinya, remaja berupaya agar eksis di hadapan publiknya sehingga tidak sampai terjerembab gagap menghadapi kenyataan hidup ini. Paparan episode di atas adalah sebagian gambaran kenyataan kegagapan hidup akibat imbas deras Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran) via propaganda budaya sekuler.
Sikap remajapun akhirnya terbelah dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah remaja IDEALIS.
Yakni mereka yang peduli lingkungan dan sadar akan kerusakan dan kebrobrokan sistem kehidupan yang ada akibat ditinggalkannya aturan Islam dalam realitas kehidupan. Mereka merasa tidak puas dengan kondisi sekarang dan ingin melakukan berbagai perubahan. Mereka sadar bahwa sistem kehidupan sekarang didominasi oleh aturan hidup yang bertentangan dengan fitrah manusia, menjauhkan manusia dari Penciptanya, dan bahkan menjerumuskan manusia pada kesengsaraan yang berkepanjangan. Islam, Dien paripurna dan satu-satunya Dien yang diridhoi Al Khalik, telah sedemikian dijauhkan dari haribaan pemikiran dan perasaan umatnya.
Kelompok kedua adalah remaja ‘IDIOTis’ (red: nyaris idiot).
Yaitu mereka yang cuek bebek terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Bagi mereka yang penting urusan diri sendiri. Untuk apa peduli dengan nasib umat Islam yang lain?!
Kelompok ketiga adalah remaja IDIOT.
Yakni mereka yang terjerembab dalam bejatnya sistem kehidupan masa kini seperti yang terekam dalam episode-episode di atas. Telah banyak remaja idiot korban kebejatan sistem kapitalis yang mengagung-agungkan materi, memisahkan agama dengan kehidupan dan mencerabut nilai-nilai kehidupan lainnya.
Lantas, kemanakah remaja harus berpijak?
Tentu tak ada pilihan lain kecuali pada sikap remaja yang idealis. Sejalan dengan sabda rasul SAW:
“Barangsiapa bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Barangsiapa tidak pernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain maka mereka tidak termasuk golonganku.”
(HR. Thabrani dari Abu Dzar Al Ghiffari).
Namun sikap idealis pun belumlah cukup. Ia harus ditransformasikan agar prototipe remaja idealis sempurna menjadi remaja ideal.
Remaja Ideal = Remaja Dakwah
Dakwah adalah satu-satunya jalan untuk memperbaiki kondisi demikian. Dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan Allah SWT kepada kaum muslimin – baik remaja, dewasa maupun orang tua – kapanpun dan dimanapun dia berada. Dakwah adalah sebaik-baik perbuatan (perkataan) yang layak dilakukan oleh kaum muslimin, termasuk remaja. Allah berfirman:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu (Islam) dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
(QS An Nahl: 125)
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata sesungguhnya aku termasuk golongan kaum muslimin”.
(QS Fushshilat: 33)
Maka prototipe remaja ideal adalah remaja idealis yang sadar dan mau berdakwah. Lalu timbul persoalan baru: Dengan metode yang bagaimana dakwah harus dilakukan remaja muslim? Jawabannya adalah metode dakwah bagi remaja tidak berbeda dengan metode dakwah bagi umat Islam lainnya. Dakwah yang dilakukan harus senantiasa bermuara pada thariqah atau strategi dakwah Rasul. Ringkas kata, manajemen dakwah remaja pun tidak boleh keluar dari thariqah dakwah Rasul.
Manajemen Dakwah Remaja
Dua langkah praktis manajemen dakwah bagi remaja.
1. Pembinaan syakhshiyyah dalam klub dakwah.
Rasulullah memulai dakwahnya dengan membina kepribadian (syakhshiyyah) shahabat secara intensif. Pembinaan yang benar-benar membekas dalam kepribadian para shahabat. Aqidah yang dipahami para shahabat nyata-nyata melahirkan keterikatan mereka yang begitu kuat terhadap syari’at Islam. Apa saja yang diperintahkn rasul, mereka taati.
Membina diri dengan sungguh-sungguh dan terus menerus mendalami tsaqofah Islam adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh remaja muslim. Dimana? Pembinaan dilakukan di klub dakwah yang tepat. Klub dakwah yang benar-benar sesuai dan mengikuti metodologi dakwah Rasul. Klub dakwah yang berdiri atas dasar perintah Allah ( QS. Al Imran : 104) dan berjuang untuk menghidupkan kembali Islam dalam realitas kehidupan umat Islam. Keistiqomahan dalam membina diri akan membawa remaja beraqidah benar dan kuat sehingga memiliki syakhsyiyyah Islami, yakni berpola pikir Islami (aqliyyah islamiyyah) dan berpola sikap Islami (nafsiyyah islamiyyah).
2. Berdakwah bersama klub dakwah.
Dakwah memang menyeru, mengajak dengan omongan. Bukan hanya bicara di atas mimbar, tapi bisa juga dengan ngobrol dengan teman sebangku di kelas, di kantin, di angkot lalu menulis di majalah dsb. Namun begitu, uslub (cara) seperti ini juga perlu ditunjang dengan uswah (teladan). Artinya tidak cukup sekedar mengajak, tetapi yang namanya akhlakpun harus sesuai dengan Islam. Nah, bergabung dengan klub dakwah akan senantiasa menjaga performance (tampilan) atau citra dakwah kita agar tetap berada dalam koridor syari’at.
Berdakwah agar efisien dan efektif juga kudu memperhatikan ketersediaan bahan dakwah – sejauh mana pemahamannya terhadap Islam, medan dakwah di mana ia tinggal serta skill (bukan sikil, red) yang dipunyai seperti kemampuan komunikasi, analisis kondisi lingkungan dsb. Remaja sebagai pengemban dakwah yang baik mestilah berupaya melengkapi diri dengan berbagai modal ini. Untuk itu, klub dakwah adalah tempat yang tepat.
Yang utamanya lagi, berdakwah secara team (together everyone achieve more) dengan manajemen yang oke akan lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan dakwah dibandingkan jika hanya berdakwah secara individual. Bersama-sama dengan hamiluddakwah lainnya dalam klub dakwah melakukan:
Prakondisi perencanaan, meliputi pengenalan medan dakwah melalui analisis kondisi lingkungan.
Perumusan perencanaan, meliputi: penetapan tujuan-tujuan jangka pendek dalam rangka pencapaian tujuan jangka panjang yakni melanjutkan kembali kehidupan Islam di tengah-tengah umat; penetapan sasaran-sasaran atau objek dakwah serta penentuan tolok ukur keberhasilan dakwah.
Implementasi, mencakup pembagian tugas, pembekalan materi yang diperlukan serta melakukan pertemuan-pertemuan rutin pra-action (briefing). Dan setelah semuanya oke, tunggu apalagi? Action!
Evaluasi dan umpan balik. Untuk melihat dampak dakwah yang telah dilakukan, perlu selalu dievaluasi dengan mengacu kepada tolok ukur, baik yang bersifat strategis (QS. Al Mulk: 2-3) maupun yang bersifat operasional terukur.
Jika setelah membaca uraian ini masih juga kurang pede maka camkanlah:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri”.
(QS Ar Ra’du : 11).
Yakinlah bahwa kita mampu (dan Islam pun akan kembali jaya dengan atau tanpa peran serta kita). Rasulullah pernah mengkritik orang yang takut untuk gagal dan merasa tidak mampu untuk mencoba. Beliau pernah menganjurkan:
“Berusahalah sekuat tenaga untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan janganlah sekali-kali merasa lemah. Dan mintalah tolong kepada Allah.”
Wallahu A’lam bi Ash Shawab.
Haru biru deru debu susul menyusul silih berganti dalam lakon monoton 1001 episode kemunduran remaja muslim saat ini. Setelah runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani pada 3 Maret 1924 , lara memang tengah melanda peradaban. Umat Islam telah digiring menjadi figuran pesakitan. Dan remaja muslimpun telah ambil bagian sebagai korban terbesarnya. Agar umat tetap setia dengan peran pesakitannya dan remaja muslim tak lagi jadi harapan umat, maka melalui social engineering super canggih berbagai produk haram peradaban barat yang sekuler (fashluddin ‘anil hayat) pun dicekokkan. Agar tak dibilang kuper atau kurang gaul, remaja pun akhirnya bertelikung putaw, bertabur piktor (pikiran kotor), bergelimang pergaulan bebas yang lalu dipangkasi dengan aborsi. Juga tak lupa tawuran masal. Hufh…..
Kemana Remaja Berpijak?
Remaja dalam gejolak pencarian jatidirinya tentu tidak dapat lepas dari kenyataan hidup di sekelilingnya. Dengan segenap potensi yang dimilikinya, remaja berupaya agar eksis di hadapan publiknya sehingga tidak sampai terjerembab gagap menghadapi kenyataan hidup ini. Paparan episode di atas adalah sebagian gambaran kenyataan kegagapan hidup akibat imbas deras Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran) via propaganda budaya sekuler.
Sikap remajapun akhirnya terbelah dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah remaja IDEALIS.
Yakni mereka yang peduli lingkungan dan sadar akan kerusakan dan kebrobrokan sistem kehidupan yang ada akibat ditinggalkannya aturan Islam dalam realitas kehidupan. Mereka merasa tidak puas dengan kondisi sekarang dan ingin melakukan berbagai perubahan. Mereka sadar bahwa sistem kehidupan sekarang didominasi oleh aturan hidup yang bertentangan dengan fitrah manusia, menjauhkan manusia dari Penciptanya, dan bahkan menjerumuskan manusia pada kesengsaraan yang berkepanjangan. Islam, Dien paripurna dan satu-satunya Dien yang diridhoi Al Khalik, telah sedemikian dijauhkan dari haribaan pemikiran dan perasaan umatnya.
Kelompok kedua adalah remaja ‘IDIOTis’ (red: nyaris idiot).
Yaitu mereka yang cuek bebek terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Bagi mereka yang penting urusan diri sendiri. Untuk apa peduli dengan nasib umat Islam yang lain?!
Kelompok ketiga adalah remaja IDIOT.
Yakni mereka yang terjerembab dalam bejatnya sistem kehidupan masa kini seperti yang terekam dalam episode-episode di atas. Telah banyak remaja idiot korban kebejatan sistem kapitalis yang mengagung-agungkan materi, memisahkan agama dengan kehidupan dan mencerabut nilai-nilai kehidupan lainnya.
Lantas, kemanakah remaja harus berpijak?
Tentu tak ada pilihan lain kecuali pada sikap remaja yang idealis. Sejalan dengan sabda rasul SAW:
“Barangsiapa bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Barangsiapa tidak pernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain maka mereka tidak termasuk golonganku.”
(HR. Thabrani dari Abu Dzar Al Ghiffari).
Namun sikap idealis pun belumlah cukup. Ia harus ditransformasikan agar prototipe remaja idealis sempurna menjadi remaja ideal.
Remaja Ideal = Remaja Dakwah
Dakwah adalah satu-satunya jalan untuk memperbaiki kondisi demikian. Dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan Allah SWT kepada kaum muslimin – baik remaja, dewasa maupun orang tua – kapanpun dan dimanapun dia berada. Dakwah adalah sebaik-baik perbuatan (perkataan) yang layak dilakukan oleh kaum muslimin, termasuk remaja. Allah berfirman:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu (Islam) dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
(QS An Nahl: 125)
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata sesungguhnya aku termasuk golongan kaum muslimin”.
(QS Fushshilat: 33)
Maka prototipe remaja ideal adalah remaja idealis yang sadar dan mau berdakwah. Lalu timbul persoalan baru: Dengan metode yang bagaimana dakwah harus dilakukan remaja muslim? Jawabannya adalah metode dakwah bagi remaja tidak berbeda dengan metode dakwah bagi umat Islam lainnya. Dakwah yang dilakukan harus senantiasa bermuara pada thariqah atau strategi dakwah Rasul. Ringkas kata, manajemen dakwah remaja pun tidak boleh keluar dari thariqah dakwah Rasul.
Manajemen Dakwah Remaja
Dua langkah praktis manajemen dakwah bagi remaja.
1. Pembinaan syakhshiyyah dalam klub dakwah.
Rasulullah memulai dakwahnya dengan membina kepribadian (syakhshiyyah) shahabat secara intensif. Pembinaan yang benar-benar membekas dalam kepribadian para shahabat. Aqidah yang dipahami para shahabat nyata-nyata melahirkan keterikatan mereka yang begitu kuat terhadap syari’at Islam. Apa saja yang diperintahkn rasul, mereka taati.
Membina diri dengan sungguh-sungguh dan terus menerus mendalami tsaqofah Islam adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh remaja muslim. Dimana? Pembinaan dilakukan di klub dakwah yang tepat. Klub dakwah yang benar-benar sesuai dan mengikuti metodologi dakwah Rasul. Klub dakwah yang berdiri atas dasar perintah Allah ( QS. Al Imran : 104) dan berjuang untuk menghidupkan kembali Islam dalam realitas kehidupan umat Islam. Keistiqomahan dalam membina diri akan membawa remaja beraqidah benar dan kuat sehingga memiliki syakhsyiyyah Islami, yakni berpola pikir Islami (aqliyyah islamiyyah) dan berpola sikap Islami (nafsiyyah islamiyyah).
2. Berdakwah bersama klub dakwah.
Dakwah memang menyeru, mengajak dengan omongan. Bukan hanya bicara di atas mimbar, tapi bisa juga dengan ngobrol dengan teman sebangku di kelas, di kantin, di angkot lalu menulis di majalah dsb. Namun begitu, uslub (cara) seperti ini juga perlu ditunjang dengan uswah (teladan). Artinya tidak cukup sekedar mengajak, tetapi yang namanya akhlakpun harus sesuai dengan Islam. Nah, bergabung dengan klub dakwah akan senantiasa menjaga performance (tampilan) atau citra dakwah kita agar tetap berada dalam koridor syari’at.
Berdakwah agar efisien dan efektif juga kudu memperhatikan ketersediaan bahan dakwah – sejauh mana pemahamannya terhadap Islam, medan dakwah di mana ia tinggal serta skill (bukan sikil, red) yang dipunyai seperti kemampuan komunikasi, analisis kondisi lingkungan dsb. Remaja sebagai pengemban dakwah yang baik mestilah berupaya melengkapi diri dengan berbagai modal ini. Untuk itu, klub dakwah adalah tempat yang tepat.
Yang utamanya lagi, berdakwah secara team (together everyone achieve more) dengan manajemen yang oke akan lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan dakwah dibandingkan jika hanya berdakwah secara individual. Bersama-sama dengan hamiluddakwah lainnya dalam klub dakwah melakukan:
Prakondisi perencanaan, meliputi pengenalan medan dakwah melalui analisis kondisi lingkungan.
Perumusan perencanaan, meliputi: penetapan tujuan-tujuan jangka pendek dalam rangka pencapaian tujuan jangka panjang yakni melanjutkan kembali kehidupan Islam di tengah-tengah umat; penetapan sasaran-sasaran atau objek dakwah serta penentuan tolok ukur keberhasilan dakwah.
Implementasi, mencakup pembagian tugas, pembekalan materi yang diperlukan serta melakukan pertemuan-pertemuan rutin pra-action (briefing). Dan setelah semuanya oke, tunggu apalagi? Action!
Evaluasi dan umpan balik. Untuk melihat dampak dakwah yang telah dilakukan, perlu selalu dievaluasi dengan mengacu kepada tolok ukur, baik yang bersifat strategis (QS. Al Mulk: 2-3) maupun yang bersifat operasional terukur.
Jika setelah membaca uraian ini masih juga kurang pede maka camkanlah:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri”.
(QS Ar Ra’du : 11).
Yakinlah bahwa kita mampu (dan Islam pun akan kembali jaya dengan atau tanpa peran serta kita). Rasulullah pernah mengkritik orang yang takut untuk gagal dan merasa tidak mampu untuk mencoba. Beliau pernah menganjurkan:
“Berusahalah sekuat tenaga untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan janganlah sekali-kali merasa lemah. Dan mintalah tolong kepada Allah.”
Wallahu A’lam bi Ash Shawab.
0 Response to "REMAJA DAKWAH, REMAJA IDEAL, REMAJA PEJUANG PENEGAK KHILAFAH"
Post a Comment